Kalimantan Timur, salah satu provinsi di Pulau Kalimantan, memiliki kekayaan budaya yang tak ternilai. Salah satu wujud dari kekayaan tersebut adalah alat musik tradisional Kalimantan Timur.
Alat musik ini bukan hanya sekadar instrumen, tetapi juga simbol keunikan dan keberagaman masyarakat Dayak yang mendiami wilayah ini selama berabad-abad. Setiap alat musik memiliki cerita, fungsi, dan cara memainkan yang berbeda-beda, menjadikannya bagian integral dari kegiatan adat dan seni.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa alat musik tradisional khas Kalimantan Timur, fungsi, serta keunikan yang dimilikinya.
Mengapa Alat Musik Kalimantan Timur Penting?
Alat musik tradisional dari Kalimantan Timur memiliki peran yang signifikan dalam berbagai acara adat dan ritual tradisional. Alat-alat musik ini digunakan untuk mengiringi tarian tradisional, upacara adat, dan bahkan sebagai sarana komunikasi antaranggota masyarakat.
Selain itu, kehadiran alat musik ini juga memperlihatkan hubungan harmonis masyarakat Dayak dengan alam, mengingat banyak di antara alat musik tersebut dibuat dari bahan-bahan alami seperti kayu, bambu, dan kulit binatang.
Melalui alat musik tradisional, masyarakat Kalimantan Timur menjaga nilai-nilai budaya dan melestarikan warisan leluhur hingga saat ini.
Alat Musik Tradisional Kalimantan Timur yang Paling Ikonis
Berikut adalah beberapa alat musik tradisional Kalimantan Timur beserta keunikan dan cara memainkannya:
1. Sampek

Sampek adalah salah satu alat musik petik yang berasal dari Suku Dayak. Alat ini mirip seperti gitar, tetapi memiliki bentuk lebih sederhana dan dihiasi dengan ukiran khas Dayak. Biasanya, sampek memiliki tiga hingga lima senar yang terbuat dari bahan alami. Dalam kehidupan masyarakat Dayak, sampek dimainkan untuk mengiringi upacara adat, tarian tradisional, atau hiburan sehari-hari.
Kayu yang digunakan untuk membuat sampek biasanya berasal dari pohon-pohon lokal seperti kayu adau. Bentuknya yang unik, dengan ukiran simbolis, menjadikan sampek lebih dari sekadar alat musik—ia adalah karya seni dengan makna budaya yang dalam.
2. Gemer

Gemer adalah alat musik jenis membranofon yang cukup dikenal di Kalimantan Timur. Alat musik ini terbuat dari batang kayu yang dilubangi, kemudian bagian atasnya ditutupi dengan kulit binatang, seperti kulit sapi atau rusa. Gemer dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan, menghasilkan suara ritmis yang sering digunakan untuk mengiringi tarian tradisional atau upacara adat. Suaranya yang dalam dan menggetarkan menciptakan suasana sakral dalam berbagai ritual.
3. Gambus

Gambus adalah alat musik petik yang sering digunakan untuk hiburan dan seni pertunjukan di Kalimantan Timur. Alat ini memiliki 6 senar, mirip dengan mandolin, dan diyakini berasal dari Timur Tengah sebelum menyatu dengan kebudayaan Melayu di Kalimantan. Gambus dimainkan untuk mengiringi musik bernada melankolis yang sering bercerita tentang kisah perjalanan atau kehidupan sehari-hari.
4. Jatung Adau

Jatung Adau adalah alat musik yang berasal dari Suku Dayak Kenyah. Alat ini menyerupai gendang besar yang terbuat dari kayu dan dilapisi dengan kulit binatang. Biasanya, jatung adau dimainkan dalam upacara adat atau acara-acara penting seperti pernikahan dan pesta panen.
Menurut tradisi, ketukan jatung adau memiliki hubungan erat dengan roh leluhur, sehingga alat ini sering digunakan untuk memanggil arwah dalam berbagai ritual. Jatung adau juga menghasilkan nada yang khas saat digabung dengan alat musik lainnya.
5. Uding

Uding adalah alat musik kecil yang unik dan dimainkan dengan cara dipetik. Terbuat dari bambu dengan panjang sekitar 20 cm, uding dimainkan dengan menempatkannya di mulut dan memetik bagian tertentu. Instrumen ini menghasilkan melodi yang lembut dan sering digunakan untuk hiburan sehari-hari masyarakat Dayak.
6. Sluding (Klentangan)

Sluding, atau sering disebut klentangan, adalah alat musik tradisional berbentuk xylophone dari kayu. Alat ini memiliki 8 bilah kayu yang disusun di atas bingkai kayu. Sluding dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul kayu. Biasanya, alat musik ini digunakan sebagai pengiring lagu dan tarian adat Suku Dayak Modang.
Apa yang membuat sluding menarik adalah cara pembuatannya, di mana setiap bilah kayu diukir dengan motif burung enggang, hewan sakral dalam mitologi Dayak.
Keindahan di Balik Fungsi Alat Musik
Meskipun unik dari segi bentuk dan suara, semua alat musik tradisional Kalimantan Timur memiliki kesamaan dalam penggunaannya. Alat-alat ini mengemban peran sosial dan spiritual yang penting, termasuk:
- Mengiringi upacara adat seperti pernikahan dan pesta panen
- Membangkitkan suasana sakral dalam ritual keagamaan atau penyambutan tamu kehormatan
- Menjadi sarana menyampaikan pesan harmoni antara manusia, alam, dan leluhur
Alat musik ini juga menawarkan pelajaran berharga tentang pentingnya hubungan masyarakat Dayak dengan lingkungan sekitarnya. Misalnya, kualitas bunyi alat musik sangat bergantung pada pemilihan bahan alami yang berkualitas tinggi.
Melestarikan Warisan Budaya
Di tengah perkembangan teknologi dan modernisasi, pelestarian alat musik tradisional menjadi tantangan tersendiri. Namun, beberapa komunitas di Kalimantan Timur dan para seniman lokal bekerja keras untuk mengenalkan alat-alat musik ini ke generasi muda.
Pemerintah daerah serta berbagai organisasi budaya juga mengadakan festival musik tradisional dan pelatihan pembuatan alat musik sebagai upaya melestarikan warisan budaya ini. Dukungan aktif dari masyarakat, termasuk kita, sangat penting untuk menjaga keberadaan alat musik tradisional sebagai bagian dari identitas budaya Indonesia.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Jika Anda ingin berkontribusi dalam melestarikan alat musik tradisional Kalimantan Timur, ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan:
- Kenali lebih banyak tentang budaya lokal melalui kunjungan ke Kalimantan Timur atau museum seni budaya.
- Dukung seniman lokal dengan membeli alat musik tradisional yang mereka buat.
- Belajar memainkan alat musik tradisional sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya Dayak.
- Sebarkan informasi keindahan alat musik ini melalui media sosial untuk meningkatkan kesadaran.
Dengan melibatkan diri lebih dalam, kita dapat memastikan bahwa kekayaan budaya ini terus hidup dan menjadi kebanggaan bagi generasi berikutnya.